BEKASI-JAKARTA
Jadwal kepulangan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dari Bogota ke Tanah Air masih dirahasiakan. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo tak banyak berbagi informasi terkait kepulangan tersangka kasus dugaan suap proyek pembangunan wisma atlet SEA Games 2011 tersebut.Djoko, misalnya, mengaku tak mengetahui apakah pesawat carteran berbiaya sekitar Rp 4 miliar yang membawa Nazaruddin dan tim penjemput mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma atau di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. "Saya belum tahu, tapi (mendarat) di Jakarta. Jakarta hanya punya dua (bandara). Halim dan Cengkareng," kata Djoko kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (12/8/2011).
Djoko juga mengaku tak mengetahui rute yang ditempuh pilot pesawat carteran tersebut. Begitu pula titik transit pesawat bermuatan belasan orang tersebut. Tak hanya itu, mantan Panglima TNI itu juga tak banyak berkomentar ketika ditanya mengenai pengamanan di bandara ketika mantan politisi Partai Demokrat tersebut tiba di Jakarta. "Nantilah," ujarnya singkat.
Hal serupa disampaikan Kepala Polri ketika ditanya mengenai rute pesawat carteran yang membawa Nazaruddin. "Kami belum punya update terakhir. Tapi semua berjalan dengan baik. Itu saja," kata jenderal bintang empat tersebut.
Nazaruddin berangkat menuju Jakarta dari Bandara Eldorado, Bogota, Kamis (11/8/2011) sekitàr pukul 17.00 waktu setempat atau Jumat pagi. Tak ada wartawan yang turut serta dalam pesawat yang ditumpangi Nazaruddin. Pemerintah Indonesia melarang wartawan ikut serta dalam pesawat tersebut.
Pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman, mengatakan, larangan ini memunculkan sejumlah kecurigaan. Perjalanan pulang itu dapat dimanfaatkan untuk menegosiasikan kasus Nazaruddin.
"Selama perjalanan pulang, negosiasi kasus Nazaruddin amat mungkin terjadi, apalagi jika perjalanan itu dilakukan dengan pesawat carter dan tanpa diikuti wartawan," kata Airlangga.
Namun, hal ini ditepis Direktur Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada Zainal Arifin Mochtar. Zainal menyatakan, kehadiran tim Komisi Pemberantasan Korupsi menyiratkan rasa aman terhadap proses pemulangan Nazaruddin. "Rasanya tidak akan berani. Soalnya, perhatian dan peringatan publik sudah cukup tinggi," kata Zainal.
(KOMPAS)
RELATED POST :
0 comments:
Post a Comment