BEKASI-JAKARTA. PERAWATAN pada mobil tak cuma mesin dan sistem kaki-kakinya saja. Tak kalah penting, ban juga harus terawat dengan baik karena performa si karet bundar hitam berbanding lurus dengan keselamatan pengendara saat berkendara di jalan. Pantas bila komponen ini wajib mendapat perawatan optimal. Tak Cuma memberi keamanan dan kenyamanan saja, lebih dari itu menjaga keselamatan pengemudi dan seluruh penumpangnya.
Banyak pemilik mobil belum mengetahui cara merawat ban. Hal umum yang diketahui hanya menambah tekanan angin. Itu pun jika ban sudah kempis betul. Lalu, saat penambahan angin, tekanan melebihi anjuran pabrik.
Kelebihan tekanan angin berdampak pada bagian tengah tapak ban yang terlihat lebih aus dibandingkan permukaan sekelilingnya. Lebih berbahaya lagi bila di sisi pinggir terdapat sobekan kecil, bahkan jika mendapat tekanan angin yang berlebihan, sobekan bisa lebih besar lagi.
Sebaliknya, kekurangan tekanan angin juga berbahaya. Tandanya, bagian pinggir permukaan ban cepat aus. Saat di jalan potensi panas (heat) cukup terbuka. Tak cuma itu, kelenturan bagian pinggir ban yang tinggi akibat kurang angin membuat kawat halus dalam konstruksi ban cepat putus dan mengakibatkan pecah ban. "Belum lagi saat berbenturan dengan benda keras, kejadian shock cord break up (CBU) bisa merusak jaringan di dalam ban dan berpotensi meledak," Agus Dwi H, Technical Service Supervisor PT Multistrada Arah Sarana, menjelaskan.
Nah, tekanan angin sebaiknya disesuaikan dengan rekomendasi pabrikan. Umumnya, anjuran tekanan angin terdapat di pilar B. Kalau kurang, pengisian dilakukan dalam kondisi ban masih dingin (sebelum jalan).
Perawatan lainnya, lakukan rotasi pada keempat roda agar bisa memperpanjang usia pemakaian. Direkomendasikan setelah menempuh jarak 2.000 sampai 3.000 km. Bisa lebih jauh dari yang dianjurkan (maksimal tambah 1.000 km), tergantung mobilitas keseharian. Artinya, hanya menempuh rute rumah-kantor pulang pergi.
Sistem perotasiannya ada dua cara. Pertama, mode tapak kembangan yang tidak searah ditukar secara diagonal (menyilang). Mekanismenya, ban depan kanan ditukar dengan kiri belakang dan kiri depan dengan kanan belakang. Kedua, mode tapak kembangan searah (sejajar). Jadi, ban depan kanan dengan belakang kanan, begitu juga sebelahnya (nanti akan kami jelaskan lebih detail).
Ketika dilakukan rotasi, sebaiknya dibarengi dengan spooring karena selama menempuh jarak itu kemungkinan roda pernah menghajar lubang atau separator busway. Selain itu, juga dilakukan balancing karena kemungkinan timah di bagian dalam pelek ada yang terlepas.
0 comments:
Post a Comment