Custom Search

Dulmatin, Jenius yang Dihargai 10 Juta Dollar AS

BEKASI-JAKARTA

ENTAH sudah berapa kali Dulmatin dikabarkan tewas di Filipina. Tapi, sejauh ini belum ada bukti yang akurat. Sosok buronan kelas kakap dalam kasus terorisme itu namanya pernah disebut-sebut sebagai pelaku bom Bali. Selama ini Dulmatin memiliki segudang nama atau alias. Misalnya, Amar Usman alias Muktamar alias Djoko Pitono. Namanya makin populer setelah polisi memasukkan Dulmatin dalam daftar pencarian orang (DPO).

Dalam melakukan aksi terorisme, ia berkawan dengan Imam Samudra. Di kalangan para anggota teroris di Indonesia, Dulmatin dikenal sebagai ahli elektronik. Sejak kasus bom Bali tahun 2002, warga Jalan Pemali Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini tak jelas keberadaannya. Informasi yang diperoleh dari keluarganya di Pemalang menyebutkan bahwa Dulmatin kemungkinan menetap di Malaysia.

Bahkan, ketika itu ayah tiri Dulmatin, Jazuli Arwan (52), juga tidak tahu persis di mana Djoko Pitono berada. "Terakhir ia pulang sekitar Juni 2001 lalu. Itu pun sebentar lalu pergi lagi. Kabar terakhir katanya ia tinggal di Malaysia bersama istri dan anak-anaknya," kata Jazuli ketika itu.

Menurutnya, kalaupun ia pulang ke Pemalang, cuma sebentar mampir ke rumah. Itu pun untuk urusan yang tak diketahuinya. Biasanya ia datang sebentar lalu pergi lagi bersama Azam Usman (40), kakaknya. "Mungkin untuk urusan jual beli mobil karena kata kakaknya, Djoko memang berbisnis jual beli mobil bekas," tambah Jazuli.

Sahabat Dulmatin di Pemalang menuturkan, sepengetahuan dia, Dulmatin sudah lama menjadi warga Afganistan. Beberapa tahun silam sebelum kasus bom Bali, Dulmatin pernah pulang ke rumahnya. Penampilan pria itu agak lain. Jenggotnya rada lebat, seusai dari Afganistan.

Djoko Pitono adalah nama kecil Dulmatin alias Amar Usman alias Muktamar. Sejak diduga terlibat dalam kasus bom Bali, sketsa wajahnya bersama lima tersangka lainnya disebar oleh aparat kepolisian di seluruh pelosok Indonesia. Masuknya nama Dulmatin dalam dunia terorisme membuat kaget warga Pemalang. Sebab, selama ini Dulmatin dikenal sebagai pria yang supel, mudah bergaul, dan enak diajak bicara. Setidaknya itu kesan yang dirasakan oleh kawan-kawan semasa sekolah.

Belakangan, pribadinya agak tertutup setelah ia menikah dengan Istiada (34), saudara sepupunya sendiri. Wanita yang selalu menutup seluruh tubuhnya dan hanya bagian matanya yang terbuka konon menyebabkan Djoko menutup diri juga dari pergaulan sekitarnya. Selain itu, Djoko juga merubah namanya menjadi Amar Usman alias Muktamar.

Dulmatin lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara pasangan Masriyati (62) dan Usman Sofi (72). Lelaki berperawakan tinggi dengan warna kulit coklat itu lahir sebagai anak dari keluarga kaya dan pintar, banyak saudaranya yang sukses dalam pendidikan dan bisnis. Kakak-kakaknya ada yang menjadi dokter dan kini tinggal di Jakarta bersama istrinya. Bahkan, istri Djoko juga pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, tetapi tidak diselesaikan karena berselisih paham dalam soal jilbab dengan dosennya.

Terakhir Djoko diketahui berbisnis mobil bekas dan handphone sehingga tidak heran jika ia bisa memiliki rumah yang cukup besar di Jalan Pemali, Pemalang. Dari ayahnya yang sudah lama meninggal, Usman Sofi, ia memiliki cukup banyak warisan berupa sawah.

Di kalangan dunia teroris, Dulmatin amat disegani karena kepandaiannya. Ia ahli dalam membuat sirkuit bom berikut detonatornya. Bahkan, Dr Azahari, pria yang disebut-sebut sebagai tokoh teroris asal Malaysia dan terbunuh di Batu, Malang, juga kerap memesan sirkuit bom kepada Dulmatin. Tak heran salah satu julukan yang diberikan kepadanya adalah "jenius."

Karena kejeniusannya dalam merakit bom itu dianggap berbahaya bagi kehidupan manusia lain, maka kepalanya dihargai 10 juta dollar AS oleh pemerintah Amerika Serikat. Hari ini, Selasa (9/3/2010), nama Dulmatin kembali disebut dalam penggerebekan kelompok teroris oleh Detasemen Khusus 88 Polri, di mana salah satu korban yang tewas diduga sebagai Dulmatin. (KOMPAS)

http://bekasijakarta.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment

 
Custom Search