BEKASI-JAKARTA
Pendidikan kewirausahaan mesti berjalan secara berkesinambungan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses pendidikan di perguruan tinggi.Upaya tersebut perlu dilakukan untuk mengatasi pengangguran terdidik yang terus meningkat dengan menyiapkan lulusan perguruan tinggi yang tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja, tetapi juga sebagai pencipta lapangan kerja. Sampai saat ini, sebanyak 82,2 persen lulusan perguruan tinggi bekerja sebagai pegawai. Adapun masa tunggu lulusan perguruan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan selama enam bulan hingga tiga tahun.
Pengangguran terdidik pun tidak terhindarkan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada Februari 2008 tercatat 9,43 juta penganggur atau sebanyak 8,46 persen dari total penduduk. Pengangguran di tingkat SD-SMP berjumlah 4,8 juta orang, sedangkan di jenjang SMA-universitas mencapai 4,5 juta orang.
Fasli Jalal, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, di Jakarta, Jumat (11/9), mengatakan, tingginya jumlah pengangguran berpendidikan tinggi menunjukkan, proses pendidikan di perguruan tinggi kurang menyentuh persoalan-persoalan nyata di dalam masyarakat. Perguruan tinggi belum bisa menghasilkan lulusan yang mampu berkreasi di dalam keterbatasan dan berdaya juang di dalam tekanan.
”Rata-rata lama bersekolah mestinya linear dengan pendapatan, tetapi di Indonesia tidak demikian. Persoalan ini mesti serius diatasi, salah satunya dengan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di kampus-kampus supaya para sarjana tidak berpikir hanya berburu pekerjaan, tetapi juga menciptakan peluang berusaha karena sudah dilatih di kampus,” kata Fasli.
Ciputra, pengusaha dan pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC), mengatakan, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan juga mesti jadi fokus, yang perlu mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah. Dengan tumbuhnya jiwa kewirausahaan dalam berbagai sektor, generasi muda Indonesia mampu membawa perubahan bangsa karena selalu mencari peluang untuk memakmurkan bangsa.
Sebagai pendampingan program pengembangan kewirausahaan mahasiswa, Ditjen Pendidikan Tinggi Depdiknas telah bekerja sama dengan UCEC untuk melatih 1.317 dosen dari 317 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia. Salah satu hal yang diharapkan dari kegiatan pelatihan ini adalah pembentukan pusat kewirausahaan di sejumlah perguruan tinggi. Pusat pengembangan kewirausahaan yang tumbuh di perguruan-perguruan tinggi negeri dan swasta itu selanjutnya bisa bergabung dalam persatuan pusat usahawan Indonesia yang segera dibentuk.
Tujuannya supaya institusi itu bisa jadi inspirator, katalisator, dan agen perubahan untuk membangun dan memperluas masyarakat usahawan di Indonesia dengan cara berjejaring dan saling belajar di antara pusat kewirausahaan dan individu pendidik kewirausahaan di seluruh Indonesia.
Fasli mengatakan, adanya pengalaman berwirausaha selama di perguruan tinggi, minimal dua tahun, bisa memudahkan lulusan perguruan tinggi untuk bisa mengembangkan usahanya di kemudian hari. Termasuk juga, terbukanya peluang untuk mendapatkan kucuran kredit usaha dari pemerintah.
Dengan gencarnya pendidikan kewirausahaan, baik yang diintegrasikan dalam kurikulum maupun kegiatan kemahasiswaan, pada 2014 ditargetkan sebanyak 20 persen lulusan perguruan tinggi berhasil menjadi usahawan. Penciptaan komunitas usahawan dari kalangan dosen dan lulusan perguruan tinggi ini ditargetkan bisa mempercepat penambahan jumlah usahawan Indonesia yang saat ini baru berjumlah 0,18 persen dari ideal 2 persen yang dibutuhkan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi bangsa.
0 comments:
Post a Comment