Wali Kota Bekasi Mochtar Mohamad periode 2008-2013
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda, Pariwisata dan Budaya Kota Bekasi, Herry Ismiradi, di Bekasi, Senin, mengatakan, kondisi bangunan cagar budaya itu memprihatinkan.
Bangunan cagar budaya itu berupa Monumen Sejarah Perjuangan Kali Bekasi di stasiun bus, Tugu Pahlawan Bekasi di Jalan Veteran, Gedong Papak di Jalan Juanda, Tugu di kawasan proyek, dan Gongkaman di Mustika Jaya.
Keberadaan bangunan cagar budaya yang tidak dipelihara itu mengurangi daya tarik Kota Bekasi dalam menggaet wisatawan untuk melihat dan mengetahui sejarah kota.
"Kota Bekasi hanya jadi perlintasan. Bangunan cagar budaya yang ada dipersepsikan seperti benda mati yang diperlakukan sama dengan bangunan lain," ujarnya.
Beberapa bangunan hanya dibersihkan dengan partisipasi warga setempat, sementara dana APBD untuk kegiatan pemeliharaan bangunan cagar budaya tidak ada sama sekali.
Ia mencontohkan Gedong Papak yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda terlihat kusam. Gedung yang dipakai sebagai kantor Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bekasi di lantai dua dan mushala di lantai satu kondisinya kurang terawat.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga belum pernah mengucurkan dana untuk perbaikan bangunan bersejarah tersebut.
Sementara itu, pemerhati masalah sejarah di Kota Bekasi, Tamtomo, mengatakan, idealnya pemerintah daerah mengalokasikan dana untuk perawatan bangunan bernilai sejarah.
Ia juga mengatakan perlunya Kota Bekasi memiliki museum sendiri untuk memelihara benda-benda bersejarah untuk memberikan pemahaman kepada generasi mendatang tentang budaya masyarakat setempat.
"Kita harusnya malu dengan kondisi bangunan cagar budaya yang sarat dengan nilai-nilai perjuangan. Sepertinya warga kota ini belum menjadi bangsa yang besar atas sikapnya yang melakukan pembiaran terhadap bangunan bersejarah," ujarnya.http://m.kompas.com
0 comments:
Post a Comment