Custom Search

Demi Pemilu 2014, Parpol Non PDIP-Gerindra Gabung ke Foke

BEKASI-JAKARTA

Kandidat gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo diprediksi akan membuat koalisi besar di putaran kedua Pilkada DKI 2012 mendatang. Dalam format ini PKS, PPP PAN Demokrat dan Golkar sangat mungkin merapat ke Foke-Nachrowi karena akan sangat mungkin elit partai di DPP memberi endorsement atau dukungan ke Foke-Nachrowi.

"Di level elit partai akan sangat mungkin dilakukan strategi penguasaan partai-partai dengan konsep 'blocking' seperti Pilkada DKI 2007, dimana Foke sangat mungkin membuat koalisi besar," kata Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto ketika berbincang dengan Tribunnews.com, Rabu(25/7/2012).





Dukungan partai-partai koalisi pendukung pemerintahan SBY ini menurut Gun Gun bisa menyatu bukan karen kesamaan platform terlebih ideologi, melainkan karena alasan taktis dan pragmatis yakni pertimbangan elektoral pemilu 2014 dimana akan dibangun semacam sentimen asal bukan PDIP dan Gerindra karena keduanya jelas-jelas saat ini adalah representasi kekuatan non kekuasaan.

"Kondisi ini membuat partai-partai berkuasa sekarang meskpun tahu Jokowi itu sosok yang bagus, tetapi pilihan politik para elit partai yang saya sebut tadi cenderung akan mengarah ke Foke-Nachrowi. Selain itu juga ada pertimbangan taktis dan pragmatis bagi kandidat-kandidat partai yang sudah mengeluarkan cost politic selama putaran kedua. Hal ini bisa saja dinegosiasikan dengan dua kandidat, dan prediksi saya yang paling akan 'ngotot' meraup mesin pemenangan partai-partai yang tidak lolos di putaran kedua itu adalah Foke-Nachrowi," jelasnya.

Tidak hanya itu, Gun Gun juga memandang menjelang putaran kedua juga akan dimaksimalkan 'attacking campaign' yang sifatnya sudah masuk ke kategori propaganda. Dalam konteks ini yang pakai adalah teknik 'name calling' yakni memberi label buruk pada lawan. Di sini isu sektarian seperti SARA akan optimal digunakan kandidat yang 'ngotot' menang. Selain agama juga isu etnis akan kencang dilakukan. Di level inilah yang paling dirugikan itu adalah kubu Jokowi-Ahok.

Namun demikian, lanjut Gun Gun untungnya ini terjadi di Jakarta. Dimana fakta politik menunjukkan, swing voter yang menjadi faktor yang memberi kontribusi pada pemenangan putaran pertama. Angka swing voter yang berkisar antara 26-28 persen itu lebih tertarik pada Jokowi. Kelas menengah terdidik cenderung menghendaki perubahan.

Jokowi juga terbantu oleh stigma kegagalan Foke di periode pertama kekuasaannya di DKI sehingga menjadi beban paling berat dalam mengatrol keterpilihan Foke di periode kedua. Jokowi kata pengajar di Universitas Paramadina ini juga diuntungkan secara psikopolitis dari kemenangannya di putaran pertama.

"Biasanya muncul 'bandwagon effect' yakni pemilih yang cenderung memilih kandidat yang saat ini sedang leading memimpin dan dianggap berpotensi menang. Basis masa kandidat independen yang cenderung kritis kemungkinananya tidak akan diarahkan oleh kandidat independen yang kalah di putaran pertama, karena sifat konstituennya cair dan kritis," katanya.

Lebih jauh Gun Gun menambahkan kelompok pemilih yang belum berpartisipasi dalam putaran pertama pun lebih berpotensi memilih Jokowi. Sebab tentu pemilih jenis ini kalau pun memilih lebih cenderung memilih ikon perubahan dibanding status quo. Jokowi juga akan sangat diuntungkan oleh semakin cairnya pemilih di basis-basis kader. Hal ini bisa kita lihat keroposnya partai Golkar dan Demokrat di putaran pertama.

Artinya, keterikatan emosional berbasis konvergensi simbolik yang mengikat nilai-nilai kekitaan di partai memudar dan cenderung tergantikan pada kekuatan figur saat pilkada. Dalam konteks inilah posisi Jokowi-Ahok juga memiliki peluang.

"Dari peta seperti di atas, sesungguhnya kedua belah pihak masih berpeluang menang di putaran kedua. Meskipun tentu peluang Jokowi lebih besar, selama dia tetap sabar dan konsisten menjaga basis-basis masa pemilih yang berkontribusi pada kemenengannya di putaran pertama, sekaligus penetrasi pada basis-basis utama kandidat lain yang tidak lolos ke putaran kedua. Jadi bukan semata perang penguasaan akses ke partai atau elit yang menjadi significant others pemilih, melainkan juga ke simpul-simpul akar rumput pemilih yang sekarang menjadi area terbuka peperangan kedua kandidat," pungkasnya

Sumber:(TRIBUNNEWS)




0 comments:

Post a Comment

 
Custom Search