BEKASI-JAKARTA
Cerita duka datang ailih berganti dari Bumi Andalas pasca gempa dahsyat 7,6 skala Richter, Rabu 30 Oktober 2009 lalu.Kabar duka datang dari sebuah pesta pernikahan di Pulau Aiya, yang seharusnya berlangsung dalam suka cita. Gempa dahsyat datang tiba-tiba, membuat tanah terbelah, dan menelan 400 orang tamu yang hadir.
"Mereka terhisap 30 meter ke dalam bumi," kata Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan, Rustam Pakaya, seperti dimuat laman Belfast Telegraph, Senin 5 Oktober 2009. "Bahkan sebuah masjid setinggi 20 meter menghilang," tambah dia.
Tiga hari pasca gempa, baru jelas kerusakan yang terjadi di Padang dan daerah sekitarnya. Beberapa desa terisolasi tanpa bantuan, penduduknya bergantung hidup pada buah kelapa sebagai sumber makanan mereka.
Sementara, Tim relawan berpacu dengan hari menemukan dan menyelamatkan korban selamat, meski harapan nyaris tak ada.
Di balik cerita-cerita duka, terselip kisah orang-orang yang terselamatkan.
"Tolong, saya terjebak, posisi saya di dalam rumah, disamping tangga," pesan pendek itu dikirim Johnson Chandra yang terjebak di gedung empat lantai yang runtuh karena gempa. Dia terjebak bersama istrinya.
Chandra yang panik putus asa menghubungi keluarga dan teman-temannya melalui telepon genggamnya. "Saya putus asa."
Tiba-tiba, dia terpikir untuk mengirimkan pesan pendek (SMS). Sebuah pesan pendek dia kirimkan ke ayahnya di Jakarta. "Kemudian saya mendengar orang-orang berdatangan, saya mencoba membuat suara, saya menemukan paku dan saya mulai membuat bunyi-bunyian." kata Chandra.
Usaha itu berhasil, "Mereka akhirnya menemukan sayaa. Pelan-pelan mereka membongkar baeton di sekitar saya. Setelah 10 jam, akhirnya sata terselamatkan," kata dia. n
SMS serupa terkirim dari reruntuhan Hotel Ambacang di Padang. Namun, SMS itu belum juga berujung kisah bahagia.
Tim penyelamat membuat terowongan di hotel era kolonial itu setelah menerima pesan ada 8 orang yang masih hidup di tengah reruntuhan. Tapi, anjing pelacak tak menemukan ada tanda-tanda kehidupan di sana.
Hotel Ambacang saat ini nyaris jadi kuburan massal bagi lebih dari 100 tetamunya. "Tanah terasa terangkat lalu turun seperti ini," kata General Manajer Hotel Ambacang, Sarana Aji, menceritakan kejadian gempa, sambil menggerakan tangannya.
Kepada The Australian Newspaper, dia menggambarkan kejadian di sore nahas itu. "Terdengar suara seperti kereta api, saya refleks lari menyelamatkan diri," kata dia. Gempa yang terasa hanya 30 menit, namun akibat yang ditimbulkan sangat luar biasa.
Sementara bantuan mulai diarahkan ke daerah lain di luar Padang. Tim penyelamat menemukan desa-desa tersapu tanah longsor. Sebanyak 644 orang dari tiga desa di Pariaman diyakini tertimbun tanah dan reruntuhan. Berapa jumlah korban jiwa, belum bisa dipastikan.
"Kami belum menerima bantuan apapun," kata Siti Armani, duduk di depan rumahnya yang hancur di sebuah desa di Pariaman. "Kami membutuhkan makanan, pakaian, selimut, dan susu. Kami seperti terlupakan oleh pemerintah," tambah dia.
Seorang warga yang lain, Afiwardi mengatakan bantuan datang terlalu lambat. Menunjuk ke arah lokasi yang jalannya terputus longsor, dia berkata, "jangan repot-repot membawa bantuan kesana. Semua orang telah tewas."-ANTARAnews.
0 comments:
Post a Comment