Custom Search

Krisis Center Dambaan Penghuni Tenda Darurat

BEKASI-JAKARTA

Masa tanggap darurat gempa Sumatra Barat yang berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) hampir sepuluh hari dilewati. Warga yang selamat masih berdiam tenda-tenda darurat tanpa pilih usia, mulai dari bayi, anak-anak usia sekolah dan orang yang sudah lanjut usia.

Namun pancaran senyum sudah mulai terlihat dari bibir anak-anak sekolah, sekali-sekali muncul ketawa saat mereka berkelompok dipinggir jalan yang berbekalkan satu dua indomie kosong.

"Pak, berilah bantuan. Bapak kan orang-orang kaya," kalimat cukup lantang terdengan ketika melintasi kelompok anak-anak --empat hingga tujuh orang-- yang berharap bantuan dari pengguna jalan di perkampungannya.

Lupakah anak-anak ini akan jadwal sekolahnya?, karena akitivas menenteng kardus kosong dimulai sejak pukul 09:00 WIB sampai siang, ataukah mereka trauma datang ke sekolahnya?.

"Anak-anak belum mau datang ke sekolah karena trauma akibat gempa. Ada juga yang sudah berdatangan ke sekolah, meski belum belajar," tutur Amri (40) warga Batang Kabung, Pariaman Tengah.

Selaku orangtua, tambah pria dua anak ini mengatakan, tak bisa berbuat tegas menyuruh anak-anak untuk pergi sekolah karena suasana darurat dan trauma masih menyelimuti anak-anak dan kalangan kaum perempuan.

"Kami butuh ada arahan dan hiburan yang mendidik anak-anak sehingga secara berangsur trauma mereka bisa pulih dan mau sekolah lagi," harapnya.

Anggota DPRD Sumbar, Siti Izzatti Aziz yang berulang kali mengunjungi korban gempa dan mengatakan sejumlah kecamatan di Padang Pariaman cukup parah, tak hanya bangunan rumah yang ambruk tetapi sarana pendidikan.

Ketika melakukan peninjauan ke lokasi gempa sampai ke Tandikek, Siti mendapati banyak sekolah yang rusak, termasuk rumah-rumah penduduk. Ia berpendapat trauma dialami perempuan dan anak-anak perlu segera dipulihkan sembari sambil berjalannya rehabilitasi infrastruktur yang rusak-rusak berat, sedang dan ringan.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, ketika berkunjung meninjau lokasi gempa di Pariaman dan Padang Pariaman telah berjanji akan membangun krisis center untuk pemulihan trauma bagi kaum perempuan dan anak-anak, kata wakil rakyat dari fraksi Golkar itu.

Rencana membangun tenda krisis center tersebut, tentunya sangat menjadi harapan dan dinanti-natikan warga yang kini masih tinggal di tenda-tenda darurat.

"Kita berharap dalam sebulan ke depan sudah ada didirikan di Padang Pariaman. Kita tak bisa membiarkan kondisi anak-anak yang masih diselimuti trauma karena akan memberi efek psikologis jangka panjang bagi mereka," sarannya.

Pemulihan trauma melalui media center, tambahnya, tentu menjadi diharapkan juga datang dari berbagai pihak dan lembaga swadaya masyarakat mengobat ganggung psikologi anak dan perempauan korban gempa tersebar di 17 kecamatan, turun anggota DPRD provinsi asal Padang Pariaman itu.

Lembaga kemanusian dalam dan luar negeri pada hari ke dua pascagempa telah berdatangan ke Padang Pariaman memberikan bantuan, tetapi masih terfokus untuk evakuasi dan medis untuk korban tertimbun dan luka-luka berat.

Meskipun sudah ada yang telah memulai membantuh pemulihan gangguan kejiwaan korban pascagempa tetapi menyentuh sebagian besar ribuan korban gempa.

Data sekolah yang rusak berat akibat gempa di Padang Pariaman sebanyak 249 unit, rusak sedang 87 unit dan rusak ringan 31 unit yang jumlah besar gedung sekolah dasar tersebar di 17 kecamatan.

Dampak Kejiwaan

Trauma gempa yang menyelimuti warga di Padang, Pesisir Selatan dan Padang Pariaman, karena bencana ini berulang kali terjadi, rumah yang rusak dua tahun sebelum tuntas dibangun tetapi kini kembali roboh.

Miris memang, karena tak hanya kerugian materi dan banyak kehilangan anggota keluarga atau sanak saudaranya. Kini di Padang Pariaman trauma warga semakin dalam karena mulai beredar isu-isu di tengah masyarakat akan ada gempa besar lagi setelah 30 September 2009.

Bupati Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar), Muslim Kasim menyatakan menurut para pengamat barat wilahah Sumbar akan diguncang gempa besar pada hitungan puluhan tahun lagi.

"Kita berharap tidak terjadi dan masyarakat diminta tak terpengaruh," imbaunya sembari mengakui dampak psikologi mulai terlihat pada warganya yang menjadi korban gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) 30 September 2009.

"Rehabilitasi yang paling berat adalah gangguan psikologi yang dirasakan masyarakat akibat bencana gempa dan kini mulai terlihat," kata bupati dua periode ini.

Warga belum melakukan akativitas yang produktif tetapi masih banyak bermenung karena putus asa dengan kondisi yang dihadapinya.

Justru itu, tugas berat ke depan mengobati keputusasaan yang dialami warga, apalagi bagi rumahnya yang roboh dan rata dengan tanah, bahkan yang ditinggal pergi keluarganya untuk selamanya.

"Rehabilitasi infrastruktur juga menjadi beban yang berat, tapi lebih berat lagi dalam mengatasi beban psikologi yang dirasakan warga pascagempa," katanya.

Belum normal aktivitas warganya karena masih sibuk mengemasi harta bendanya yang masih bisa diselamatkan disela puing-puing bangunan rumahnya yang roboh.

Selain itu, lahan pertanian yang diolah selama ini telah terganggu karena aliran airnya mengandalkan irigasi rusak akibat guncangan gempa, bahkan ada lahan sawah yang hilang tertimbun longsor.

Tentu, perbaikan irigasi menjadi perhatian untuk perbaikan prioritas sehingga warga selama ini bertani bisa mengolah lahan pertaniannya kembali.

"Kita sudah minta instansi terkait untuk mempercepat melakukan pendataan irigasi yang rusak sehingga ada data valid akan disampaikan ke pemerintah. Kita memang belum ada data akurat tetapi jumlahnya cukup banyak," katanya.

Muslim merinci kerusakan fasilitas umum, seperti jalan, jembatan, pasar dan irigasi sebanyak 134 unit rusak berat tersebar pada 17 kecamatan, 33 unit rusak sedang dan 22 rusak ringan.

Kerusakan rumah warga sebanyak 57.651 unit rusak berat, 11.761 rusak sedang dan tercatat 4.058 rusak ringan. Kini warga membutuhkan sedikitnya 37.340 tenda-tenda untuk bertahan dari dingin dan berlindung saat hujan yang sering turun belakangan ini.

Siraman Rohani

Guna mengeobati trauma wagra di Kota Padang, Wali Kota setempat, Fauzi Bahar mengajakan minta 2.000 pemuka agama terdiri atas ustad, mubalig, buya, dan pimpinan Ormas Islam untuk memberikan siraman rohani berupa ceramah bagi korban gempa di kota itu.

"Ini agar korban bisa dengan sabar dan tenang menerima bencana yang telah terjadi. Dua ribu pemuka agama itu bisa memberikan ceramah melalui kegiatan wirid dan zikir bersama, di rumah-rumah ibadah agar korban dapat lebih tabahn dan makin meningkat ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa," kata Fauzi Bahar di Padang, Rabu (8/10).

Menurut Fauzi, mubalig memiliki kewajiban untuk menenangkan batin Muslim di kota itu sebagai salah satu bentuk penguatan kepercayaan diri warga kota untuk melanjutkan kehidupan pasca gempa.

Akibat gempa yang telah meluluhlantakkan semua harta benda hingga meninggalnya orang yang dikasihi, diyakini banyak warga yang akan mengalami trauma, tetapi trauma tersebut tidak boleh berkepanjangan dan perlu segera dihilangkan guna memulihkan kehidupan mendatang.

Melalui ceramah agama, mubalig diyakini akan bisa memotivasi umat untuk tetap melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan baik, kata Fauzi.

Mubalig, perlu terus mengajak umatnya senantiasa melakukan perbuatan yang diridoi oleh Allah SWT. Imbau mereka untuk memperbanyak istigfar, zikir, membaca tahlil dan tahmid sera senantiasa berdoa agar Padang dan Sumbar terhindari dari berbagai bencana.

"Trauma tidak usaha dihadapi berkepanjangan, karena bisa merusak kehidupan di masa datang. Semua bencana adalah atas kehendak Allah SWT sehingga manusia hanya bisa menerimanya dengan tabah dan sabar," wali kota.(ANTARA)

0 comments:

Post a Comment

 
Custom Search