BEKASI-JAKARTA
Kontroversi Putri Indonesia Qory Sandioriva makin panas. Masyarakat Aceh menolak terpilihnya Qory yang dalam ajang itu mewakili Serambi Mekah. Tidak hanya masyarakat, protes juga datang dari pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pemprov NAD mengaku tidak mengirim wakilnya tahun ini.
Kepala Biro Hukum dan Humas Pemerintah Aceh, Hamid Zain mengungkapkan hal itu kepada VIVAnews, Jumat 16 Oktober 2009.
Terpilihnya Qory sebagai wakil Aceh, kata dia, ada peran serta Yayasan Putri Indonesia. Menurut dia, melalui tokoh perempuan Aceh di Jakarta, YPI berusaha melobi pemerintah Aceh dan meminta pemprov merekomendasikan Qory untuk menjadi wakil Aceh dalam ajang pemilihan Putri Indonesia tahun 2009.
"Dari sisi pembangunan pariwisata kita sepakat Qory mewakili Aceh. Di satu sisi kita juga harus memperhatikan nilai adat dan syariat Islam di Aceh, makanya kita mengeluarkan rekomendasi dengan banyak catatan yang cukup ketat," katanya.
Pemerintah Aceh, kata dia, juga tidak berhak menghambat karier dan hak azasi seseorang. Namun menurutnya, sebagai pihak yang telah mendapatkan dukungan untuk mewakili Aceh sudah sepantasnya Qory dapat menghormati budaya daerah yang diwakilinya.
"Kita menjunjung tinggi hak dasar manusia seperti hak mengembangkan diri, hak atas kebebasan pribadi, dan lain-lain, maka dari itu kita memberikan rekomendasi kepada Qory," ujarnya.
Kontroversi Qory berawal dari statemennya di ajang pemilihan tersebut. Di atas panggung Qory yang semula berjilbab sengaja membuka jilbabnya demi ajang tersebut. Ia menganggap rambutnya adalah bagian dari keindahan. Sikap yang dipilih Qory untuk membuka jilbabnya inilah yang memicu reaksi keras. Padahal di Aceh sendiri kini menerapkan qonun jihayad, syariah Islam, di mana wanita di sana diwajibkan menutup aurat, termasuk rambut.(VIVANEWS )
0 comments:
Post a Comment