BEKASI-JAKARTA
Pelaku teroris berharap tewas tertembak saat terjadi penindakan oleh Tim Densus 88 Mabes Polri.Mereka lebih mengharapkan berakhir dengan kematian di tangan aparat Polri daripada tertangkap hidup-hidup dan menjalani proses persidangan.Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Irjen Pol Nanan Soekarna menceritakan, Putri Munawaroh, istri pelaku teror Hadi Susilo, sempat marah kepada anggota Tim Densus 88 Mabes Polri yang menggerebek mereka di Solo,Jawa Tengah,Kamis (17/9) lalu. Gembong teroris Noordin M Top beserta Bagus Budi Pranoto alias Urwah dan Hadi Susilo alias Adib tewas dalam penggerebekan.“Putri Munawaroh mengatakan, kenapa saya tidak ditembak mati saja? Padahal kami sebisa mungkin menangkap orang yang diduga pelaku teror hidup-hidup,” ujar Nanan dalam jumpa pers di Ruang Rapat Utama Markas Besar Polri,Jakarta,tadi malam.
Nanan menuturkan, prosedur tetap yang dibuat oleh Polri dalam menindak para pelaku teror yaitu sebisa mungkin menyeret pelaku teror tanpa menghilangkan nyawanya. Dengan membawa mereka hidup-hidup, polisi bisa mengembangkan penyidikan untuk mengetahui dugaan keterlibatan pihak lain, termasuk jaringan yang sudah dibangun gembong teroris. “Kami tetap membutuhkan keterangan, dan dalam aturan kami tetap harus ditangkap hidup-hidup,”tutur Nanan.
Sejauh ini, dari pengembangan penyidikan kasus terorisme setidaknya 466 tersangka teroris sudah ditangani polisi, 452 orang diseret ke pengadilan. Hanya 14 orang sisanya terpaksa ditindak di tempat kejadian. Mengenai dua jenazah teroris yang tewas ditembak di sebuah rumah indekos di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (9/10),Mabes Polri memastikan keduanya adalah Syaifudin Zuhri dan Muhammad Syahrir. Kepastian diperoleh setelah dilakukan uji forensik melalui tes DNA (Deoxyribonucleic acid) dan identifikasi ciri-ciri khusus.
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigjen Pol Eddy Suparwoko telah melakukan analisis primer, yaitu dengan membuat uji DNA dan analisis sekunder dengan melihat ciri-ciri khusus.“Kesimpulannya, berdasarkan tes DNA maupun tes sekunder, secara ilmiah dan tak terbantahkan keduanya merupakan Syaifudin Zuhri dan Muhammad Syahrir,” ujar Eddy tadi malam. Eddy telah melakukan analisis terhadap ayah,ibu,dan anak untuk mengidentifikasi kedua jenazah. Pihak forensik menemukan sejumlah ciri tertentu yang dimiliki Syahrir, yakni terdapat tahi lalat di sudut pipi kanan.
Pada telinga bagian bawah Syaefudin sobek, dan itu langsung dikenali keluarga.“Kami juga sudah mengidentifikasi Syaifudin,memiliki 12 titik kesamaan pada sidik jari,sedangkan Syahrir punya 14 titik,” imbuhnya. Syaifudin dan Syahrir terlibat dalam kasus pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton,Jakarta,Jumat (17/7). Dalam kasus pengeboman di Hotel JW Marriott dan Ritz Charlton, 22 orang sudah ditetapkan sebagai tersangka—2 di antaranya Nana dan Dani yang diketahui menjadi pelaku bom bunuh diri,9 orang tewas di tempat,dan 11 di antaranya mendekam di tahanan kepolisian.
Kesebelas tersangka itu Amir Abdullah,Kedu, Bejo, Indra,Aris,Fajar Firdaus, Putri Munawaroh,Afam,Sonny Jayadi,Ali,dan M Jibril. Fajar Firdaus ditangkap di Bekasi,Jawa Barat,hingga akhirnya Densus 88 bisa mencium keberadaan sejumlah teroris di Ciputat, Tangerang, Banten. Dari Fajar,diperoleh informasi bahwa Syaifudin dan Syahrir tinggal di sebuah rumah indekos di bilangan Ciputat.Sonny Jayadi,yang diminta Fajar mencari kamar kos, juga berhasil dibekuk polisi.
”Meski tidak ikut dalam tindak terorisme,Fajar maupun Sonny tahubahwa Syaifudin serta Syahrir merupakan orang yang diburu polisi,”beber Nanan.•KORAN SINDO
0 comments:
Post a Comment