Custom Search

BEKASI-JAKARTA

Musyawarah Nasional Partai Golkar 2009 di Pekanbaru, Riau, 4-7 Oktober 2009, untuk memilih calon Ketua Umum DPP Partai Golkar dipastikan berlangsung panas.

http://d.yimg.com/hb/xp/viva/20091005/14/932546728-munas-golkar-selalu-paling-panas.jpg?x=210&y=157&sig=EGuoBkjnq_DVoVgAFY8Yag--

Tiga kader terkuat Golkar: Aburizal Bakrie, Surya Paloh, dan Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) bersaing merebut kursi puncak. Aburizal dan Paloh dianggap paling kuat.

Dua kandidat itu memang paling sering berkunjung ke daerah-daerah untuk menggalang dukungan. Hari-hari terakhir menjelang pembukaan musyawarah, mereka menginapkan pendukungnya di hotel. Aburizal mengumpulkan pendukung di Hotel Sahid Jakarta. Sementara Paloh di salah satu hotel di Bali. Walau jumlahnya tidak banyak,Tommy mengumpulkan pendukungnya di Hotel Crown, Jakarta Pusat.

Tiga kandidat itu akan merebut 515 suara yang berasal dari 33 DPD tingkat I ditambah DPD tingkat II dalam Musyawarah Nasional ini.

Siapa di antara mereka yang mampu mengumpulkan suara terbanyak, dialah yang akan keluar sebagai pemenang. Dia akan memimpin beringin lima 2009-2014 untuk menggantikan Jusuf Kalla.

Munas Golkar terhitung paling panas dari sejumlah partai lain. Dinamika politik dalam partai ini lebih kencang ketimbang PDI Perjuangan dan Partai Demokrat—tiga partai papan atas di Indonesia. Dan persaingan ketat seperti di Pekanbaru itu selalu terjadi pada setiap Munas.

Pada waktu Musyawarah Nasional Partai Golkar 2004, JK sukses mengungguli Akbar Tandjung dalam perebutan jabatan, meski harus melalui dua putaran.

Perolehan suara JK pada waktu itu adalah 323 suara. Jumlah ini jauh melampaui yang dikumpulkan Akbar yang hanya meraih 156 suara.

Tanda-tanda kemenangan JK sebenarnya sudah menguat pada pemungutan suara pertama untuk menentukan bakal calon yang berhak maju ke ajang pemilihan.

Dari tiga bakal calon, yakni Akbar, JK dan Marwah Daud Ibrahim, hanya Kalla dengan 269 suara dan Akbar dengan 191 suara yang lolos. Sebab, syarat minimal pencalonan adalah sebanyak 150 suara. Marwah hanya berhasil menggaet 13 suara.

Suara Marwah pada waktu itu beralih ke JK. Sedang di putaran kedua, Akbar malah mengalami penggembosan karenanya suaranya di putaran kedua menurun hingga 35 suara.

Sebelum kepemimpinan JK, Partai Golkar dikomandani Akbar. Dia memimpin partai periode 1998-2004. Akbar memimpin ketika partai ini mengalami gunjangan luar biasa pasca lengsernya penguasa orde baru, Presiden Soeharto.

Karena itu internal Partai Golkar berterimakasih kepada Akbar karena telah membawa partai ini dari kondisi terpuruk ke kondisi membaik.-VIVAnews.

0 comments:

Post a Comment

 
Custom Search